Thursday, March 25, 2010

Memanfaatkan Limbah Komputer


Limbah. Sebuah kata yang dikonotasikan dengan sampah, kotor dan tidak berguna. Tapi bagaimana dengan limbah komputer. Apakah juga sama dengan limbah yang lain, kotor dan tidak berguna. Kotor mungkin ya, tapi kalau tidak berguna tentu harus dipikir ulang lagi.

Yang dimaksud limbah komputer disini adalah komputer atau bagian komputer yang sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi. Limbah komputer bisa juga berarti komputer yang masih hidup tetapi karena teknologinya sudah tidak up to date (ketinggalan jaman) sehingga harus dibuang. Contoh dari komputer yang ketinggalan jaman ini adalah komputer 286, 386, 486 dan pentium low end. Bagi anda yang punya komputer dengan tipe seperti ini walaupun masih hidup, tetapi fungsinya sudah bergeser bahkan ada beberapa yang tidak mempunyai fungsi sama sekali.

Limbah komputer ini ternyata masih memiliki nilai jual yang cukup menggiurkan. Tentu saja harus ada pemilahan dan pemilihan dalam pengelolaan limbah yang satu ini. Komputer rusak harus dipilah dan dipilih berdasarkan bahan pembuatnya dan dipisahkan per bagian.

Komputer yang paling tidak terdiri dari CPU, monitor, keyboard dan mouse dipilah sebagai berikut : keyboard dan mouse dijadikan satu kelompok. Di kalangan “rombeng” bahan pembuat kedua alat ini disebut sebagai plastik keras. Nilai jual sekitar Rp 1.500,- per kilogram. Tapi jangan lupa, mouse dan keyboard memiliki kabel yang harus dipotong dan dipisah dulu karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Kabel apapun dalam kondisi terbungkus sedikitnya bernilai jual Rp 10.000,-. Bola-bola penggerak mouse yang terbungkus dalam karet ternyata berbahan dasar besi. Besi untuk saat ini merupakan komiditi yang lumayan meroket harganya.

Monitor rusak atau mati dan tidak bisa diperbaiki lagi juga masih memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Di tataran pengepul, nilai beli monitor seperti ini untuk 14 inch sekitar Rp 40.000,- per unit. Kalau 15 inch ke atas tentu lebih mahal. Kabarnya, monitor ini dipakai sebagai bahan dasar pembuatan TV rakitan, yang mesin dan casingnya banyak dijual bebas di pasaran.

Bagian yang paling banyak dipilah adalah CPU. Didalam CPU terdapat beberapa perangkat antara lain processor, RAM, harddisk, CD-ROM, Floppy Disk Drive, Motherboard, Card (Sound, VGA, LAN, dll), power supply, kabel-kabel, dan casing. Setiap perangkat tersebut dalam kondisi mati masih memiliki harga jual yang lumayan tinggi. Sebut saja processor, untuk beberapa jenis memiliki nilai jual hingga Rp 25.000,-. Untuk perangkat yang satu ini banyak dicari oleh pengepul untuk diambil kandungan emasnya.

Motherboard juga banyak diminati oleh para pengepul. Bahkan tawaran beli dari luar negeri pun sering didapati lewat internet. Harga per kilonya mencapai Rp 30.000,-. Harga ini juga berlaku untuk RAM, card, dan board/pcb harddisk. CD-ROM dan Floppy Disk Drive dijual dengan cara ditimbang. Kedua perangkat ini masuk kategori seng. Nilai beli di tingkat pengepul sekitar Rp 2.000,- per kilo. Namun jika kita mau “membelah”nya, nilai jualnya akan sedikit lebih tinggi karena di dalamnya ada kandungan aluminium, tembaga dan pcb.

Kandungan aluminium atau biasa disebut diral bisa kita dapatkan dari bodinya harddisk. Nilai jual diral ini sekitar Rp 14.000,- per kilo atau kalau kita tidak mau repot cukup menjual dalam bentuk per unit. Rp 6.000,- itulah harga pasaran untuk 1 buah harddisk dengan kapasitas berapapun. Power supply pun punya harga yang lumayan. Tidak peduli apakah pakai teknologi AT atau ATX dan tidak peduli berapapun watt dayanya, harga 1 buah PSU sekitar Rp 7.000,-.

Uraian di atas jelas menggambarkan bahwa setiap bagian dari komputer rusak atau mati masih memiliki nilai. Sekecil apapun nilai itu tentu ada gunanya. Sekarang, bagaimana kita menyikapi peluang ini agar bisa meningkatkan pemasukan untuk kita.

Andry Kurniawan - Surabaya
Posting Baru Posting Lama Halaman Depan
 

Temporary Madness.